KEGIATAN LITERASI NUMERASI MAWAR 21
Mawar_21--Kamis, 31 Juli 2024 Kemampuan literasi dan numerasi peserta didik menjadi capaian komponen Standar Kompetensi Lulusan. Melalui Kurikulum Merdeka, pencapaiannya tersebut dipantau melalui Asesmen Nasional. Hasilnya dilaporkan kepada sekolah dan pemerintah daerah melalui platform Rapor Pendidikan. Tahapan tersebut merupakan bahan refleksi untuk perbaikan pendidikan berkelanjutan bagi tiap daerah.
Dalam konteks merdeka belajar, penguatan literasi baca tulis dan numerasi sangat penting. Oleh karena itu, para pendidik harus mengenal karakter sekolah, peserta didik dan sumber daya yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran literasi dan numerasi berbasis multimoda.
Ada upaya asesmen awal yang dilakukan, baik oleh guru maupun kepala sekolah untuk berupaya mengetahui kondisi anak tersebut. Di antara anak-anak, pasti ada anak yang belum mengenal huruf, ada anak yang belum mengenal angka dan semacamnya. Saat kita mengetahuinya sejak awal, maka secara bersama-sama melayani mereka dengan mengenalkan satu kata, menyusun kalimat dan sebagainya.
Setelah kondisi tersebut selesai, guru kembali ke kelompok peserta didik yang perlu dibantu. Terutama mereka yang baru mengenal huruf dan guru mendampinginya sambil proses pembelajaran berjalan. Pada saat yang sama, anak yang sudah merangkai kata itu berlatih untuk menyusun kata. Kemudian, setelah menjadi kata yang bermakna, ia belajar pada tahap berikutnya dengan belajar menyusun kalimat.
Anak yang lancar membaca, diminta untuk membaca secara berkelompok. Pada tahap ini, mereka bertugas untuk membaca, mendalami, dan membaca bermakna. Mereka juga membantu teman-temannya yang belum mampu atau lancar membaca. Alhasil, ketika dilakukan asesmen oleh guru yang bersangkutan, bisa saja anak itu banyak yang merah awalnya. Sepekan kemudian, ada yang sudah hijau, terus berubah dan lebih baik. Akhirnya, beberapa bulan kemudian, data semua anak layak dikirimkan perkembangan belajarnya melalui aplikasi untuk dirangkum kembali.
Kesuksesan dari kurikulum Merdeka Belajar bukan dari kemajuan anak didik dari waktu ke waktu. Literasi itu adalah apa yang dirasakan dan dapat dimaknai, sehingga bisa menentukan mana yang benar dan mana yang salah.
Pada akhirnya, seorang gurulah yang paling mengenal tiap karakter murid-muridnya. Dengan demikian, pengamatan awal terhadap potensi dan kompetensi siswa telah terekam dalam ingatan gurunya. Lebih baik lagi, pengamatan seorang guru tersebut terekam juga pada catatan asesmen dari waktu ke waktu. Sehingga, akumulasi perkembangan tiap anak dapat terarsipkan, Dampak tersebut dapat berpengaruh terhadap pelayanan seorang guru dalam mendidik murid-muridnya.