KEBERSAMAAN GURU MENJAHIT PAKAIAN ADAT BIMA SDN 21 TOLOMUNDU KOTA BIMA
- PAKAIAN ADAT BIMA
Pada masa lalu, wanita Mbojo memiliki tata busana harian yang terdiri dari Baju Bodo atau Baju Poro yaitu baju berlengan pendek yang mendapat pengaruh dari Makasar. Warna baju Bodo melambangkan status pemakaianya. Baju Poro berwarna merah adalah untuk para gadis. Baju Poro berwarna hitam dan ungu adalah untuk kaum ibu. Sedangkan warna kuning dan hijau adalah untuk wanita keluarga sultan. Di ujung lengan baju di pasang “Satampa baju”, berfungsi sebagai penutup lengan dan juga sebagai asesoris. Tetapi pada masa kini, seiring pesatnya pemakaian Jilbab, untuk menutup lengan hingga pergelangan tangan, kaum wanita menggunakan manset penutut dengan berbagai macam warna yang disesuaikan dengan warna baju poro. Demikian juga masalah warna, wanita Mbojo sudah tidak lagi mengikuti aturan dan tata cara masa lalu. Warna Baju Bodo sudah disesuaikan dengan selera zaman.
Untuk pakaian bawah, pada masa lalu menggunakan Tembe su’i atau tembe songke (sarung songket), warna dasar merah atau coklat dan ada juga yang berwarna hitam. Sedangkan motif yang umum digunakan adalah motif garis – garis kecil, kakando dan pado waji yang dihiasi dengan sulaman benang emas dan perak. “ Ada juga yang memakai “tembe bali mpida” (sarung bermotif nggusu upa segi empat dengan ukuran kecil). “ Ungkap salah seorang piñata tari Linda Yuliarti M. Hilir. Untuk aksesoris, menggunakan Giwa Mpida (Giwang kecil ) dan Karabu To’I (jenis giwang berbentuk bunga samobo atau Bunga sekuntum). Sedangkan untuk tata rambut, menggunakan Samu’u Cangga (Sanggul Khas Bima), pada sanggul dipasang tiga tangkai bunga jampaka (cempaka) berwarna kuning symbol kejayaan kaum ibu.