RABU-KEGIATAN SATANDO RAWI PAHU
Istilah Nggahi Rawi Pahu sudah menjadi Filosofi Hidup bagi masyarakat suku Mbojo (Bima-Dompu). Istilah ini muncul tidak begitu saja, melainkan disebabkan karena masyarakat suku Mbojo adalah masyarakat yang pekerja keras. Istilah ini jika didefnisikan secara harfiah “Nggahi” berarti Ucapan, “Rawi” berarti Perbuatan, dan “Pahu” berarti Bentuk. Namun, jika dimaknai secara filosofi merupakan perwujutan sikap konsisten dari apa yang diucapkan untuk dilakukan sekuat tenaga sehingga menghasilkan sesuatu yang bermanfaat dan bermakna. Ngahi Rawi Pahu berkaitan dengan ucapan atau janji seseorang kepada orang lain yang harus ditepati. Jadi, tidak heran istilah ini dijadikan Filosofi hidup bagi masyarakat Mbojo.
Filosofi hidup ini sangat perlu kita lestarikan dan tetap dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu bentuk perwujudan dan pengimplementasiannya adalah melalui Pendidikan Berbasis Nggahi Rawi Pahu. Pendidikan Nggahi Rawi Pahu yang dimasud oleh penulis adalah suatu pendidikan yang menyatukan Lima Komponen yaitu Pemerintah, Masyarakat, Sekolah, Keluarga, dan Pendidik untuk menjalankan pendidikan dalam satu Sistem Nggahi Rawi Pahu. Makna pendidikan Nggahi Rawi Pahu adalah “Nggahi” yang berarti pendidikan harus diperintah dan dikoordinir oleh Pemerintah. “Rawi” berarti pendidikan harus dikerjakan oleh Masyarakat, Sekolah, Keluarga, dan Pendidik. Dan “Pahu” berarti pendidikan harus menghasilkan masyarakat Bima yang RAMAH (Religius, Aman, Makmur, Amanah dan Handal).
Pendidikan Nggahi
Pendidikan Nggahi merupakan suatu bentuk pendidikan dengan keterlibatan Pemerintah secara total untuk mengidentifikasi, merencanakan, menguji dugaan, mengevaluasi, dan bereksperimen dalam pelaksanaan pendidikan baik formal maupun non formal. Pemerintah harus mampu mengidentifikasi kebutuhan dan masalah dalam pelaksanaan pendidikan, pemerintah harus hadir dalam merencanakan program-progam unggunlya untuk mendorong pelaksaaan pendidikan yang lebih baik, pemerintah harus hadir untuk menguji dugaan sehingga menjadi benar, pemerintah harus hadir dalam mengevaluasi pelaksaan pendidikan, dan pemerintah harus hadir untuk bereksperimen dalam praktek pendidikan. Tugas-tugas pemerintah seperti ini harus dilaksanakan dengan serius dan dikoordinir oleh sumberdaya manusia yang mumpuni dan dibentuk dalam satu sistem yang efektif dan sederhana.
Pendidikan Rawi
Pendidikan Rawi merupakan pelaksanaan pendidikan yang dirancang dan dikoordinir oleh Pemerintah untuk dilakukan oleh Masyarakat, Sekolah, Keluarga, dan Pendidik. Praktek pendidikan selama ini dititik beratkan pada sekolah-sekolah formal. Akibanya adalah semua perencanaan, pelaksaaan, evaluasi dilakukan di sekolah-sekolah. Seharusnya pendidikan itu harus dilakukan oleh kelima unsur ini. Pelaksanaan pendidikan oleh sekolah dan pendidik sudah sangat bagus baik perencanaan maupun pelaksanaannya dimulai dari pusat sampai desa. Pendidikan dilakukan dalam keluarga sudah mulai muncul yang secara formal yang kita istilahkan homeschooling. Pendidikan dilakukan oleh masyarakat secaca swadaya sudah ada dibeberapa daerah, misalnya Madrasah Diniyah (madin), Taman Pendidikan Al Qur’an (TPA/TPQ). Namun yang belum connect adalah pendidikan oleh masyarakat dan keluarga. Pelaksanaan pendidikan oleh beberapa komponen ini masih terpisah dan berdiri sendiri-sendiri.
Pelaksaan pendidikan Rawi harus terkoordinir oleh pemerintah baik pendidikan formal maupun non formal pada hal-hal tertentu. Misalnya, setiap siswa yang mau masuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Sekolah Menengah Atas (SMA) harus memiliki sertifikat lulus sekolah Madrasah Diniyah atau TPQ. Hal ini mengharuskan anak-anak bisa membaca Al-Quran dan mata pelajaran ahlak lainnya. Pelaksanaan pendidikan seperti ini meminimalisir aktivitas negatif anak-anak. Mereka diarahkan untuk selalau belajar, baik belajar pengetahuan umum, agama, dan pengembangan bakat serta soft skill mereka.
Diketahui bersama juga, pemerintahan Kabupaten Bima memiliki program maghrib mengaji. Pelaksaaan program ini hasilnya belum maksimal. Masih banyak anak-anak bermain-main malam hari tanpa tujuan dan bimbingan orang tua. Banyak anak-anak berkendara motor ketika malam hari tanpa adanya teguran aparat keamanan. Banyak anak-anak duduk nongkrong tanpa tujuan yang jelas, dan masih banyak lagi aktivitas anak-anak yang tidak memiliki tujuan yang jelas. Begitupun pada saat sekolah, banyak siswa berkeliaran pada waktu jam sekolah, apakah pendidikan itu hanya tanggungjawab sekolah saja? Tentu tidak, ini semua tanggungjawab kita bersama. Hal ini harus ada keterlibatan masyarakat, misalnya keterlibatan kepala Desa atau Lurah untuk mendidik, mengontrol mereka. Masalah-masalah ini muncul karena belum ada koordinasi antara pemerintah dengan masyarakat, belum ada instrument, siapa yang melakukan, dan untuk siapa saja yang dituju. Hal-hal teknis seperti ini harus dibuat dan dikoordinir oleh ahlinya. Pendidikan Rawi perlu juga dilaksanakan pada pendidikan non formal misalnya, kegiatan pelatihan tata boga, tata busana, teknik mesin, dan pelatihan-pelatihan yang lainnya untuk meningkatkan soft skil. Kegiatan ini bisa dikoordinir oleh pemerintahan Desa. Komunikasi dan koordinasi antara pemerintahan desan dan pemeritah di atasnya sangat perlu. Dengan adanya pelatihan-pelatihan bagi pemuda untuk meningkatkan soft skil mereka dalam bidang tertentu, mereka akan bisa menciptakan lapangan pekerjaan sendiri, mereka memiliki penghasilan, mereka akan fokus bekerja, dll. Sekali lagi, hal-hal seperti ini dapat dilakukan dan mendapatkan hasil yang maksimal, jika dikoordinir dan dakomunikasikan dengan baik serta dikelolah oleh SDM yang mumpuni.
Pendidikan Pahu
Pendidikan Pahu merupakan hasil pendidikan yang dikoordinir dangan baik oleh pemerintah yang dilakukan oleh masayarakat, sekolah, keluarga, dan pendidik. Pendidikan ini bisa berjalan sesuai harapan apabila dilakukan oleh pemerintah yang selalu hadir untuk mengidentifikasi, merencanakan, menguji dugaan, mengevaluasi, dan bereksperimen dalam pelaksanaan pendidikan baik formal maupun non formal. kehadiran pemerintah yang memperhatikan unsur-unsur ini akan membawa Bima RAMAH. Bima Religius dapat direalisasikan melalui kegiatan yang mengikat pendidikan Non formal dengan Formal. Pendidikan Formal diintegrasikan dengan pendidikan non formal. Bima Aman dapat dilakukan melalui pengaktifkan semua lini aktivitas pemuda yang mengarah ke hal-hal yang positif. Masyarakat disibukkan dengan aktivitas positif disetiap desa. Pemerintah daerah harus berkoordinasi dengan setiap pemerintahan Desa. Bima Makmur dapat dilakukan melalui pelatihan para generasi muda untuk meningkatkan soft skill pada bidang tertentu, sehingga mereka sibuk berkreasi dan bekerja. Masyarakat mampu menciptakan lapangan pekerjaannya sendiri dan dibantu melalui modal dana desa. Bima Amanah dibangun melalui pendidikan ahlak yang dimulai dari anak-anak hingga dewasa. Pendidikan ahlak melalui pembinaan TPQ atau Madin yang menghasilkan karakter masyarakat yang kental riligiulitasnya. Bima Handal melalui pendidikan yang mengembangkan dan meningkatkan soft skill dan karakter masyarakatnya.*)